Tuesday 27 October 2020

KERIS TUA PASUNDAN, SEMPANA LUK 7 - #TRH11 - SOLD !

 



















KERIS TUA PASUNDAN, SEMPANA LUK 7
Item Code : TRH 11  

Dalam salah satu literatur paling tua masyarakat Sunda yang telah ditemukan, yaitu naskah Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian, dapat diketahui bahwa keris adalah salah satu budaya yang telah ada di dalam kehidupan masyarakat Sunda. Naskah yang berangka tahun 1518 M itu menuliskan keris sebagai salah satu hasil tempaan yang ada di wilayah tersebut. Menurut naskah yang beralaskan daun nipah itu, keris adalah senjata yang eksklusif karena hanya menjadi ganggaman (pegangan) sang prabu (raja) di samping pedang, abet (cambuk), pamuk, golok, peso teundeut.
Sementara itu, kelompok lain, seperti kalangan pendeta (agamawan) dan petani, diriwayatkan memiliki ganggaman yang berbeda dengan milik sang prabu. Eksklusivitas itu menyiratkan keris sebagai senjata yang memiliki arti simbolis dan karenanya menjadi benda yang esoteris. 
Jadi, sebagaimana dibabarkan oleh Harsrinuksmo dalam Ensiklodeia Keris, “keris bukan semata-mata senjata tajam yang dapat difungsikan untuk menikam, melainkan sebagai benda dalam artian spiritual tertentu yang bisa memberikan sipat kandel.” 

Meskipun manuskrip yang berusia sangat tua itu tidak menyebutkan nama sosok prabu yang dimaksud, namun apabila melihat keterangan waktu yang ada di dalamnya maka kita dapat menyimpulkan bahwa prabu yang dimaksud adalah Penguasa Tatar Pasundan yang mana Pajajaran dan Galuh ada di dalamnya. 

Jika keris telah ada di dalam kehidupan budaya orang Sunda, lalu apakah di dalam masyarakat Sunda terdapat empu-empu yang ahli dalam pembuatannya? Jawaban atas pertanyaan ini adalah “betul sekali”, karena dalam tutur lisan yang kemudian dituliskan dalam sejumlah naskah lama perihal tosan aji diriwayatkan nama dan perjalanan sejumlah empu pande Tanah Pajajaran. 
Dalam Serat Paniti Kadga misalnya, pada bab “Namanipun para Empu ing Pajajaran”, dinyatakan bahwa Pajajaran memiliki banyak empu dan lestari dalam beberapa generasi. Dalam hal ini, naskah tersebut setidaknya menyebutkan beberapa nama empu Pajajaran yang sangat masyhur kepandaiannya dalam bidang pembuatan dhuwung. 

Sejumlah nama empu yang disebutkan adalah: Empu Andjani yang disebut-sebut “gentur tapanipun” (khusus bertapanya) serta menetap di Tanah Jawi Kilen (Pasundan), lalu ada pula Empu Marcukunda, ayah dari seorang empu lain yang juga cukup masyhur yaitu Empu Manca. Dan dari Empu Manca, lahir empat anaknya yang juga berprofesi sebagai ahli teupa yaitu Empu Kuwung, Empu Hangga, Empu Keleng dan Nyi Mbok Sombro. 
Banyaknya empu yang hidup di Pajajaran, seharusnya melahirkan banyak keris yang hebat di Tanah Pasundan tersebut. Lalu sekarang, kemana keris-keris hebat itu? Keris istimewa Pasundan telah tersebar yang beberapa di antaranya tersimpan di museum-museum yang ada di Jawa Barat seperti Museum Kesultanan Cirebon dan Museum Geusan Ulun Sumedang. 


Keterangan : 
Dhapur (nama) : Sempana Luk 7 
Pamor : Wos Wutah (beras tumpah) 
Origin : Jawa Barat 
Approx Date : 19th cent ad (blade)

Dimensi -/+ : 
- Panjang Bilah : 33,5cm 
- Lebar Ganja Keris : 6,4cm 
- Lebar bilah bagian tengah : 2cm 
- Tebal bilah dari ujung ke pangkal : 2mm – 9mm 
- Panjang Pesi : 3,5cm 
 
Kelengkapan : 
- Hulu keris model buta bajang terbuat dari kayu 
- Warangka model perahu terbuat dari kayu 
- Ring keris terbuat dari logam, menempel di hulu keris 

Kondisi : 
- Bilah masih masuk kategori keris tua utuh. 
- Bilah diwarangi (warangan lama) 
- Pesi terkorosi tapi masih cukup panjang 3,5cm, aslinya mungkin sekitar 5cm 
- Kelengkapan old made, masih cukup bagus. Apakah kelengkapan bawaan keris sejak awal ? Menurut saya walau kelengkapan buatan lama (tua) tapi bukan bawaan keris sejak awal dibuat.
- Tantingan keris cukup berat untuk ukurannya, bilah masih tebal kokoh 
- Pemilik sebelumnya mengatakan bilah keris ini tangguh Pajajaran est abad 16-17 masehi.
- Selebihnya silahkan Anda cek photo2 di atas dengan baik. Salam 


HARGA MAHAR : TERJUAL !

No comments:

Post a Comment